
Duta besar Rusia bagi PBB Vassily Nebenzia melaporkan bahwa pemerintahan Rusia telah berhasil mencium hasil adanya jejak program senjata biologis yang sedang dikembangkan oleh pemerintah Ukraina dengan dukungan dan bantuan Kementerian Pertahanan Amerika Serikat.
Saat ini Kementerian Pertahanan Rusia telah memegang dokumen yang telah dikonfirmasi sedikitnya ada 30 lebih jaringan laboratorium yang menjadi lokasi eksperimen untuk memperkuat kualitas virus patogen dari wabah seperti Anthrax, Cholera, Tularemia, dan penyakit mematikan lainnya di wilayah Ukraina.
Kepala Pertahanan Radiasi, Kima dan Biologi Angkatan Bersenjata Rusia, Igor Kirillov, tersebut dilaporkan terlibat dalam produksi senjata massal biologis. Program biologi militer ini sedang dilaksanakan oleh Pentagon di negara-negara pasca-Soviet termasuk salahsatunya Ukraina.
Bahan-bahan yang digunakan tergolong patogen mematikan termasuk wabah dan antraks. “Bahan-bahan ini dimusnahkan guna menutup program yang dibuat disana.” ujar Maria Zakharova.
Penelitian tersebut didanai serta diawasi langsung oleh Badan Pengurangan Ancaman Pertahanan (DTRA) Amerika Serikat. Sementara itu, duta besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-greenfield menyampaikan bahwa sidang darurat yang digelar Dewan Keamanan PBB kali ini telah dimanfaatkan oleh Rusia untuk menyebarkan rincian informasi palsu mengenai pengembangan senjata biologis di Ukraina.
Sambil mengikuti berita terkini, salahsatu cara untuk menghabiskan waktu bersenang-senang yaitu dengan bermain permainan slot. Game slot hanya dimainkan untuk mencari hiburan, apabila menang itu hanya bagian dari keberuntungan semata.
Duta besar Amerika Serikat untuk PPB Linda Thomas-greenfield menambahkan statemen bahwa tudingan pemerintah Rusia terhadap Amerika Serikat dan Ukraina yang bekerjasama dalam misi pengembangan laboratorium senjata biologis menjadi alasan pemerintah Rusia untuk penyerangan Ukraina.
Selain itu, para anggota DK PBB di sidang itu menganggap tuduhan Rusia sebagai kedok “kebohongan” dan “omong kosong” belaka. Mereka juga menggunakan momen itu untuk memperkuat dugaan bahwa Rusia telah dengan sengaja menargetkan dan membunuh ratusan warga sipil di Ukraina lewat invasi yang berlangsung selama 15 hari.